Florence Litteur, penulis buku
terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada 4 (empat) pola watak dasar
manusia, yaitu sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis.
SANGUINIS (Yang Populer)
Mereka
cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya
penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senang sekali bicara tanpa bisa
dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu
saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi
menangis tersedu-sedu.
Namun
orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi,
cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu
kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya
bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu
berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin rencana.
Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat
mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia
lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan
segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak
lakukan apapun juga.
Seorang sanguinis mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :
Kekuatan
: suka bicara, antusias, ekspresif, ceria, penuh rasa ingin tahu, hidup
di masa sekarang, mudah berubah (banyak kegiatan/keinginan), berhati
tulus, kekanak-kanakan, senang berkumpul (untuk bertemu dan bicara),
umumnya hebat di permukaan, mudah berteman dan menyukai orang lain,
senang dengan pujian, ingin menjadi perhatian, menyenangkan dan
dicemburui orang lain, mudah memaafkan (tidak menyimpan dendam),
mengambil inisiatif/menghindar dari hal-hal yang membosankan,
spontanitas, serta seorang yang demonstratif dan emosional.
Kelemahan
: suara dan tertawa yang keras, membesar-besarkan suatu hal, susah
diam, mudah dikendalikan oleh keadaan/orang lain (suka nge-Gank), sering
minta persetujuan, RKP! (Rentang Konsentrasi Pendek), banyak bicara
saat bekerja dan melupakan kewajiban, mudah berubah-ubah, susah tepat
waktu jam kantor, prioritas kegiatan kacau, mendominasi,percakapan, suka
menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas, sering mengambil
permasalahan orang lain menjadi seolah-olah masalahnya, egoistis, sering
berdalih dan mengulangi cerita-cerita yang sama, serta konsentrasi ke
“How to spend money” daripada “How to earn/save money”.
MELANKOLIS (Yang Sempurna)
Mereka
agak agak berseberangan dengan sanguinis. Seorang melankolis cenderung
serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini
suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali
memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang
sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis
cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara
pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara
mendalam sekali.
Orang melankolis
selalu ingin serba sempurna dan ingin teratur. Karena itu jangan heran
jika balita anda yang `melankolis tak `kan bisa tidur hanya gara-gara
selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula
coba-coba mengubah isi lemari yang telah ia disusun, sebab betul-betul
ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi
pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan
satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol
sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain
Seorang melankolis mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :
Kekuatan
: analitis, mendalam, dan penuh pikiran, serius dan bertujuan,
terjadwal, artistik, musikal dan kreatif, sensitif, mau mengorbankan
diri dan idealis, standar tinggi dan perfeksionis, senang perincian,
tekun, serba tertib dan teratur (rapi), hemat, melihat masalah dan
mencari solusi kreatif (sering terlalu kreatif), kalau sudah mulai,
dituntaskan, berteman dengan hati-hati, puas di belakang layar,
menghindari perhatian, mau mendengar keluhan, setia, serta sangat
memperhatikan orang lain.
Kelemaan
: cenderung melihat masalah dari sisi negatif, murung dan tertekan,
mengingat yang negatif dan pendendam, mudah merasa bersalah dan memiliki
citra diri rendah, lebih menekankan pada cara daripada tercapainya
tujuan, tertekan pada situasi yang tidak sempurna dan berubah-ubah,
terlalu menganalisa dan merencanakan (if..if..if..), standar tinggi,
hidup berdasarkan definisi, sulit bersosialisasi, sensitif terhadap
kritik yang menentang dirinya, sulit mengungkapkan perasaan (cenderung
menahan kasih sayang), serta skeptis terhadap pujian).
KOLERIS (Yang Kuat)
Mereka
suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah
orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun
bisa saja ia suruh melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang
`bossy’ sehingga orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orang
berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang
suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang
koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa,
“hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan
semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan
tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin.
Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon,
bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat
“ya pasti jadi”, maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan
akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah,
serta tak mudah pula mengalah.
Seorang koleris mempunyai kekuatan dan kelebihan sebagai berkut :
Kekuatan
: seorang leader, pengambil keputusan, dinamis, aktif, sangat
memerlukan perubahan, berkemauan keras dalam mencapai sasaran, bebas dan
mandiri, suka tantangan, berprinsip “Hari ini harus lebih baik dari
kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini”, solutif, praktis,
dan bergerak cepat, mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada
produktivitas, membuat dan menentukan tujuan, mau memimpin dan
mengorganisasi, biasanya punya visi, serta unggul dalam keadaan darurat.
Kelemahan
: tidak sabar dan cepat marah, senang memerintah, susah sedikit santai,
menyukai kontroversi dan pertengkaran, terlalu kaku dan keras, tidak
menyukai air mata dan emosi tidak simpatik, serta tidak suka yang
bertele-tele, keputusan sering tergesa-gesa, banyak tuntutan pada orang
lain, cenderung memperalat orang lain, menghalalkan segala cara demi
tujuan, gila kerja, sulit minta maaf, mungkin selalu benar tetapi tidak
popular.
PLEGMATIS (Cinta Damai)
Mereka
tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan,
meski ia tidak suka. Baginya kedamaian adalah segalanya. Jika timbul
masalah ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul
pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya
segera selesai.
Kaum plegmatis
kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin, cenderung diam,
kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan
sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk
mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat
tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang
asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu
orang-orang plegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sanguinis.
Berurusan
dengan orang plegmatis bisa serba salah. Ibarat keledai, “kalau
didorong ngambek, tapi kalau dibiarin tiak jalan”. Jika kita punya
pegawai plegmatis, anda harus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi
sendiri.
Seorang plegmatis mempunyai kekuatan dan kelemahan sebagai berikut :
Kekuatan
: mudah bergaul, santai, tenang, teguh, sabar, pendengar yang baik,
tidak banyak bicara, cenderung bijaksana, simpatik, baik hati, sering
menyembunyikan emosi, kuat di bidang administrasi, cenderung ingin
segalanya terorganisasi, penengah masalah yang baik, cenderung berusaha
menemukan cara termudah,baik di bawah tekanan, menyenangkan dan tidak
suka menyinggung perasaan, humoris,senang melihat dan mengawasi, peduli,
serta mudah rukun dan damai
Kelemahan
: cenderung tidak suka perubahan/kegiatan baru, takut dan khawatir,
menghindari konflik dan tanggung jawab, keras kepala, sulit kompromi
(karena merasa benar), terlalu pemalu dan pendiam, humor kering dan
mengejek (sarkatis), kurang berorientasi pada tujuan, sulit bergerak dan
kurang memotivasi diri, lebih suka sebagai penonton daripada terlibat,
tidak senang didesak, serta suka menunda-nunda/menggantungkan masalah.
Setelah
membaca uraian diatas, apakah sekarang anda sudah mengetahui anda masuk
golongan apa?Lalu bagaimana dengan orang-orang terdekat anda, mereka
masuk golongan apa? Jangan-jangan anda sekarang mulai mengerti mengapa
suami-istri-anak-rekan anda berperilaku “seperti itu” selama ini. Dan
anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan
kejadian selama ini.
Dalam diri
manusia tidaklah memiliki waak yang identik seperti uraian diatas.
Menurut Florence Litteur, dalam penelitiannya bahwa ternyata keempat
watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang, hanya `kadar\nya.
Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia, beberapa
diantaransebagai berikut ini :
KOLERIS-SANGUINIS
Artinya
kedua watak itu dominan sekali dalam mempengaruhi cara kerja dan pola
hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang
koleris-sanguinis ini. Ia suka mengatur orang, tetapi juga senang
bicara (dan mudah juga jadi pelupa).
KOLERI MELANKOLIS
Mungkin
anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem,
baku, suka mengatur, tak mau kalah dan terasa kadang menyakitkan
(walaupun sebetulnya ia tidak bermaksud begitu). Setiap jawaban anda
selalu ia kejar sampai mendalam, sebab ia perfeksionis, tahu detail dan
agak dingin.
Menghadapi orang
koleris-melankolis, anda harus fahami saja sifatnya yang memang `begitu’
dan tingkatkan kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa
ia sebetulnya juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang
simpatik, itu saja.
PLEGMATIS-MELANKOLIS
Pembawaannya
diam, tenang, tapi ingat semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia
analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan
perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.
Banyak
lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia, tetapi
yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas
hidup kita. Jika suami-istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka
akan cenderung berusaha `memaafkan’ pasangannya. Lalu berusaha untuk
menyikapinya secara bijaksana.
Dalam
penerimaan pegawai untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat
ketelitian dan keteraturan yang tinggi, tempatkanlah orang-orang yang
melankolis (yang sempurna). Untuk bagian promosi, iklan, resepsionis,
MC, humas, wiraniaga, tentu tempatkanlah orang-orang sanguinis. Jangan
posisikan orang-orang plegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan,
maka hasilnya pasti akan amat mengecewakan.
Manusia
memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak
itu, mana yang paling baik?Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang
paling baik. Semuanya baik dan masing-masing pmempunyai kekuatan dan
kelemaan tersendiri. Tanpa orang sanguinis, dunia ini akan terasa sepi.
Tanpa orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset,
keilmuan dan budaya. Tanpa orang koleris, dunia ini akan berantakan
tanpa arah dan tujuan. Tanpa orang plegmatis, tiada orang bijak yang
mampu mendamaikan dunia.
Yang
penting bukan mana yang terbaik, sebab kita semua bisa mengasah
keterampilan kita berhubungan dengan orang lain(interpersonal skill).
Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain, ia akan mudah
beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi
sifat pelupa dan watak acaknya orang sanguinis, misalnya dengan
memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukan segera. Ia
jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai
tujuannya, atau `membakar’ orang plegmatis agar segera bertindak saat
itu juga. ”Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan
orang lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”.
Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia…(lalu tertawalah)!
http://blognyayogi.wordpress.com/category/kepribadian-dan-karakter/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar